Potong rambut ? Siapa takut
“Dit, buang sial ya?”
“Nah gitu dong, kelihatan lebih fresh.”
“Kok pendek gini sih Dit? Ngga sayang udah panjang gitu kayak kemarin?”
Keputusan kadang-kadang emang nggak perlu pikir panjang untuk
diputuskan. Baik yang sederhana maupun terpenting sekalipun. Misalnya … potong
rambut. Ganti model. Ganti gaya. Untuk yang udah kenal gue sejak SMA, jelas tau
banget gimana rambut gue yang cepak kayak anak lelaki dulu. Sampai akhirnya gue
memutuskan untuk manjangin rambut saat masuk kuliah. Bahkan gue sempat melurus
paksakan alias smoothing saat rambut gue masih sebahu. Dan kata bokap gue kayak
orang penyakitan :’( soalnya rambut tipis terus dilurusin gitu. Wakaka.
Walhasil, gue berhasil memanjangkan rambut sampai bekas smoothing
bener-bener hilang. Panjangnya kira-kira se-punggung. Sebenernya gue suka tipe
rambut asli gue ini setelah panjang, karena bagian atasnya sedikit lurus dan
ikal di bagian bawah. Jadi kesannya kayak sengaja di curly gitu. Rambut panjang ini masih terus menjadi icon di
foto-foto gue sampai setahun setelah lulus kuliah. Baru dua minggu lalu, gue
tiba-tiba kepengeeen banget potong rambut. Entah ya, pas gue lihat-lihat galeri
semua model rambut gue sama. Nggak berubah kecuali diiket (sialnya kalo diiket
gue merasa kurang oke).
Akhirnya, sore sepulang kerja gue dengan niat penuh menuju ke salon
langganan. Yah … mbaknya nggak ada. Gue muterin Kelapa Dua dan berhenti di 4
salon yang mana semuanya lagi nggak bisa melayani potong rambut dengan alasan
bermacam-macam. Nggak putus asa, gue menyambangi salon ke-5. Daaaaannn… pucuk
dicinta ulampun tiba. Mbaknya meladeni gue yang kepengen potong rambut. Hari itu,
gue potong sebahu lebih sedikit. Kata si mbak, muka gue kelihatan ‘seksi dan
dewasa’ (mau muntah nggak? Wkwk) dan gue Cuma cengar cengir aja dengernya
walaupun kesan lebih dewasa itu emang gue akui adanya. Akhirnya gue merasa puas
dan pulang ke rumah.
Esoknya dan esoknya dan esoknya lagi … yang menyebalkan adalah dimana
orang-orang nggak ada yang sadar kalau gue potong rambut. Kata salah satu temen
gue, memang nggak terlalu kelihatan kalau gue potong rambut. Yaaah, bête. Sebenernya
pun modelnya gue kurang sreg tapi
kata mbaknya bagus, yaudah gue percaya aja. Tapi karena kata hati gue yang
nggak nyampe ke hatinya dia merasa memang perlu potong rambut lagi,
akhirnya seminggu kemudian gue menyambangi salon yang sama untuk potong ramput
lagi.
“Mau segimana lagi dek? Itu udah bagus hlo.”
“Ya pokoknya pendekin dikit lagi mbak, yaaaa… se bahu deh.”
“Yaudah.”
Dan terjadilah tawar menawar hingga akhirnya rambut gue final nggak
sampai sebahu. Berhenti di leher. Tapi gue suka … hihi. Kepala rasanya enteng
dan muka gue kelihatan ‘bersih’. Gue nggak menyesal udah potong sampai sependek
ini.
Pertama orang rumah yang sudah pasti langsung sadar. Tapi reaksinya
datar,”Kamu ganti model rambut ya?” udah segitu aja.
Kemudian orang kantor : “Widiiihh potong rambut niihh”
Dua hari kemudian gue ganti profil picture bbm . dan berdentang denting
lah notif bbm gue.
“Dit, potong?”
“Beb, kamu potong rambut?”
“Lu bondol Dit?”
“Waaahhh Dita. Kok jadi pendek gitu?”
Naaahh… sekarang abru kelihatan beneran potong rambut. Wuehehheehe..
Selanjutnya temen gereja.
“Ci, kok rambutnya jadi pendek sih…”
“Wah cetar nih rambut.”
“Kece kece.”
Puji Tuhan Halleluyaaa. Nggak ada komen-komen nyakitin. Wkwk jadi
nggak berasa nyesel samasekali udah potong segini pendek.
Benefit lainnya dari potong rambut ini adalah, ketika naik gunung gue
ga perlu lagi repot-repot benerin kunciran rambut atau masang buff di
keseluruhan kepala hanya karena risih sama rambut yang menjuntai-juntai. Hihi.
Intinyaaa …jangan takut nyoba hal baru, karena seburuk apapun
hasilnya, kita masih bisa memperbaiki. Atau di poles-poles dikit biar sempurna
lagi. Kayak rambut. Salah model pas dipotong, ya potong lagi sampai memuaskan. Kalau
tetep nggak memuaskan tapi udah terlalu pendek, ya kasih sentuhan warna biar
tetep kece. Sama kayak beberapa pilihan di hidup kita. Nggak pernah ada kata
terlambat untuk memperbaiki atau berjalan memutar demi sampai ke tujuan utama. Stay
blessed ya !
0 komentar