Mengunjungi Pa(n)car
Anak Bogor khususnya Sentul pasti
udah nggak asing dengan yang satu ini : Gunung Pancar. Pancar ya bukan pacar.
Yhaa. Nah karena kaum Jakartans juga sering banget jadi fakir piknik, biasanya
sih tujuan weekend nggak jauh-jauh dari Bogor atau Bandung kalau nggak takut
macet. Selain buanyak nya curug, Bogor tentunya juga menyimpan banyak kawasan
hutan pinus. Salah satunya ya Gunung Pancar ini. berikut apa-apa yang bisa aku share tentang Gunung Pancar. Langsungggg aja :
Mudah Dijangkau
Jalan untuk sampai ke Pancar
sebenernya gampang banget. Asaaall.. jangan pake google maps. Seriusan. Karena
maps pasti akan mengambil rute tercepat, yang mana nggak semua jalanan yang
ditunjukin google bisa kita lewatin. Contohnya aku kemarin, karena ngikutin
google maps akhirnya kena semprot sama warga karena ada jalanan yang nggak boleh
dilewatin sama orang luar :/ gatau juga sih kenapa. Akhirnya nanya sama orang
kampung , dan kunci utama untuk sampai ke Pancar adalah .. temukan dulu
JungleLand. Sebenernya udah sering denger selentingan kalau Pancar deket sama
Jungle Land sih. Hehe. Nah setelah kalian menemukan gerbang masuk JungleLand,
kalian akan menemukan belokan ke kanan persis tepat pas banget di sebelah
gerbang asuk JungleLand (tepatnya bukan gerbang, tapi pintu masuk kawasan JungleLand
yang dijaga oleh beberapa security). Begitu kalian belok kanan, silahkan ikuti
jalan yang ada dan terus naik jangan belok-belok. Nanti kalian akan segera
bertemu pintu masuk kawasan Gunung Pancar .
Retribusi Berlapis
Sebenernya ini hanya berlaku bagi
kalian yang kena ‘jebakan betmen’ seperti aku kemarin. Pertama, ketika kalian
memasuki gerbang utama akan kena retribusi sebesar 20ribu. Dan.. tanpa tiket
masuk sama sekali. Aku sedikit nyinyir sih kalo yang begini. Karena Pancar cukup
rame dan bahkan ada official account ig nya juga di @gunungpancar. Cuma ya
nggak tahu siapa pengelolanya. Jadi yoweslah..
Setelah masuk, kalian langung
bisa menemui hutan pinus di kanan dan kiri jalan. Rupanya, motor atau mobil
bisa masuk dari ujung ke ujung. Emang beneran buat tempat piknik. Karena
penasaran, aku lanjut ke atas .. emaap, kami deng, soalnya ngajak laki kemarin.
Nah kami lanjut terus sampai ke atas dan menemukan kembali gerbang. Kali ini
ditarik 22ribu ! Apalagi yang ini, narikinnya nggak berseragam resmi seperti di
gerbang pertama tadi. Karena kepalang tanggung, yaudah bayar aja karena katanya
ada kolam air panas di dalam. Feeling sih udah ragu bakal nemuin yang seru di
dalam. Ternyata benar, setelah masuk gerbang kedua memang ada pemandianair
panas, tapi menurut kami kurang nyaman kalau lagi ramai karena hanya berupa kolam
kecil yang di semen pinggirannya:(kami pun balik kanan bubar jalan. Sebelum keluar gerbang kedua, ada satu lagi
obyek mata air panas. Tapiii.. ditarikin lagi 5ribu. Yakaleeee. Sebelum masuk sih
aku ngintip dulu, dan sepertinya B aja, jadi yaudah bubar jalan lagi. Sebelum
meninggalkan kawasan air panas, kalian akan tetap ditarikin biaya parkir. Ya,
walaupun nggak jadi ngapa-ngapain. Yaudahlah yaa. Akhirnya balik lagi ke
kawasan hutan pinusnya. Dan …
Banyak Orang
Jadi hutan pinusnya itu bisa gue
bilang terbagi dari beberapa spot. Yang paling bawah adalah lahan yang paling
pas buat kalian yang mau foto-foto. Selain tanahnya datar dan nggak banyak
rumput, nggak terlalu ramai juga (ternyata). Aku baru tau tentang ini setelah
turun :/ kezel. Nah begitu makin ke atas, justru makin ramai. Ada banyak tukang
dagang makanan juga sih. Tapi sebenernya spot foto malah kurang bagus. Banyak batu-batu
yang dipake nongkrong. Disana, mulai dari balita sampai nini-nini semua ada. Ramai banget deh pokoknya. Jadi susah duduk atau foto.
Yang kebih penting, di area ini
dipakai oleh para penggiat sepeda gunung atau downhill. Jadi jangan heran kalau
lagi asik jalan diteriakin “mbak mbak awas jalur sepeda” karena tempat tersebut
memang disediakan untuk penggiat hobi ini. banyak jalur-jalur yang sudah paten
menjadi jalur sepeda. Seru sih nontoninnya. Wkwk. Cuma ya kalau tujuannya mau
ngadem lebih baik ke hutan pinus bagian bawah.
Instagram-able
Walaupun banyak orang, pinter-pinterlah cari angle foto. Cari tempat yang cocok juga. Sebenernya kalau mau jalan sedikit jauh ke dalam hutan sih bisa, asal niat aja. Hehehe. Lumayan buat stok dp sosmed :/
Nggak Dingin
Sama sekali enggak. Namanya juga
bukan gunung beneran, mwehehehe. Jadi kalau lagi jalan di hutan pinusnya, pakai
baju yang santai aja. Nggak usah pake jaket kalau nggak mau kegerahan. Terus…
ya gitu aja. Tapi ini untuk kondisi siang hari yaa. Kalau pagi, sore dan malam ya dinginlah. Namanya juga Bogor bukan Jakarta.
Ramai dengan kendaraan
Ada sebuah area yang di papannya
tertulis “Picnic Area”, tapi isinya mobil parkir semua. Nggak ada tuh orang
yang gelar tikar ramai-ramai piknik sama keluarga atau teman-teman. Jadi agak
crowded. Sayang banget. Kalau dibawah disediain lahan khusus parkir dan
pengunjung jalan ke atas, mungkin akan lebih teratur dan bersih, mungkin juga
bakal mirip-mirip sama Tahura Juanda-nya Bandung. Tapi ya saran ajasih. Wkwk.
Area Khusus
Kalau tadi area-area yang bisa
dinikmati umum dengan berbagai macam tarikan duit, pihak pengelola Gunung
Pancar juga menyediakan area yang bisa di booking. Contohnya kemarin, ada area
yang memang lagi disewa unutk sebuah acara. Atau ada juga area untuk glamping. Tahu
kan? Itu hlo yang ngetren sekarang, glamour camping. Not bad sih kalo liat
foto-foto orang yang pernah glamping disana (aku belum soalnya) hehe.
Nah sampailah pada kesimpulan
(macem makalah ae). Intinya kalau kalian mau ke Pancar, usahakan jangan weekend
atau hari libur nasional yang semua orang bisa kesana. Pilihlah hari kerja
karena sudah pasti lebih sepi, jadi lebih bebas ambil foto atau keliling. Bebas
deh mau seharian foto-foto sampe memori abis juga terserah. Kalian juga bisa
kok kemping dengan buka tenda sendiri. lumayan ngobatin kalau lagi nggak bisa
naik gunung. Sebenernya sih tempat ini cukup 'folk' banget apalagi buat yang memang jago fotografi dan editing foto. Kiww. Tapi.. besok-besok kalo ke Bogor nyurug lagi aja ah. Hehe.
04 April 2017,
Dita
Dita
0 komentar