Perjalanan Para Riak Air

by - 00.02.00

    Kita adalah riak-riak air. Lahir dari sebuah mata air yang bening, bersih dan murni. Jutaan riak air lainnya juga lahir dari sana. Pada seratus meter pertamamu, kau jatuh dari air terjun dengan ketinggian fantastis. Terantuk batu pada dasar kubangannya, dan ada yang hilang dari bagianmu. Kau tak utuh lagi. Aku, hingga pada sekian kilometer, dengan perlahan dan diiringi suara gemericik bergembira melewati arus-arus ringan sungai-sungai kecil di lembah-lembah penuh bunga.

   Seiring waktu, masing-masing kita bertemu banyak percabangan, seringkali kita memilih untuk melewati sungai yang hampir kering dan dangkal, sehingga batu-batu kalinya melukai kita. Ada masanya kita bertemu dengan riak air lainnya, kemudian mengalir bersama pada arus yang sama. Merekalah sahabat, teman sepermainan, bahkan musuh kita sekalipun.

   Suatu hari, aku menemuimu pada sebuah aliran sungai kecil yang ada di dekat kaldera. Air kita hangat, penuh semangat jiwa muda. Sejak itu, kita selalu berada pada aliran yang sama. Terantuk batu, masuk ke comberan, berlomba untuk mencari kembali jalan yang tak menyakitkan, yaitu aliran sungai bening sebagaimana dulu kita lahir.

   Aku sering mengeluh sakit bila riak-riak air yang lain menyakitiku. Bila gelombang-gelombang yang lebih besar berusaha menghantamku. Tetapi kau, yang pernah tahu rasanya dilempar dari air terjun dengan ketinggian luar biasa, lebih paham menghadapi semua rasa sakit itu daripadaku. Aku yang selalu ada pada aliran air tenang tak pernah bisa paham harus bagaimana.

   Karena itulah, perlahan kau mengajariku menghindari batu, melompati ranting-ranting patah yang jatuh di tengah jalan kita, atau mengeraskan diri untuk menghadapi semua hal buruk yang tak mampu kita hindari.

   Saat ini, kita tengah mengarungi aliran yang menyempit, percabangan hanya tingga beberapa. Kita sama-sama tahu bahwa ada aliran sungai lebih besar yang akhirnya akan mengantarkan kita ke  sebuah muara, menuju lautan luas di ujung perjalanan.

   Kemudian kita sadar, bahwa sebentar lagi, harusnya, kau dan aku telah sama-sama menemukan riak-riak air lain yang sepaham, menuju pada satu aliran air yang sama, yang sejalan. Ketika kita menemukan mereka, disitulah kita berpisah pada percabangan terakhir, dimana alurnya lebih besar, lebih kuat, dan dalam.

   Riak air itu akan menemani kita melewati aliran yang besar tadi, dengan segala resikonya, dengan semua ketabahannya, meuju sebuah muara. Ya, muara yang akhirnya menghantarkan kita pada laut, lautan lepas tanpa batas, bergulung bersama ombak-ombak dari gabungan riak-riak air lain.


  Disanalah kita menuju keabadian, berserah sepasrah-pasrahnya pada sang pemilik mata air, laut, segala yang hidup daripada-Nya, pada sang pemilik seluruh skenario yang ada di semesta.



dari yang terinspirasi olehmu,

N

You May Also Like

0 komentar