Pantai-pantai di kawasan Garut
sudah mulai banyak dilirik masyarakat Jawa Barat. Dalam kesempatan liburan di
Bandung beberapa waktu lalu, saya menyempatkan untuk mengunjungi salah satunya,
yaitu pantai Rancabuaya. Karena tidak pernah ke Garut menggunakan kendaraan
pribadi, jadilah saya dan partner mengandalkan google maps. Pengalaman
perjalanan yang mengandalkan google maps inilah yang mendorong saya untuk
bercerita bagaimana cara menuju dan pulang dari pantai Rancabuaya.
Kami berangkat dari Bandung cukup
pagi, yakni pukul 07.30 WIB. Tanpa bertanya terlebih dahulu pada penduduk
setempat, kami langsung membuka google maps yang memberi dua pilihan jalur
menuju ke Garut dari pusat kota Bandung. Pada percabangan pertama, jelas sekali
terlihat jalur yang satu jalannya sempit dan kurang bagus, sementara yang satu
lagi meskipun tak lebar namun sudah beraspal. Akhirnya kami memilih jalur yang
beraspal. Namun rupanya, disitulah letak kesalahan pertama yang berujung 6 jam
perjalanan.
kawasan pinggir pantai
Jalur yang kami pilih memiliki rute
Bandung kota –Majalaya – Kamojang – lereng Cikuray – lereng Papandayan –
Kabupaten Garut – Pantai Rancabuaya. Sebenarnya saya cukup kaget saat kami
melewati kawasan Geothermal Kamojang, karena saat mendaki gunung Rakutak tahun
2014 lalu, saya dan kawan-kawan memulai pendakian dari pintu masuk kawasan
Geothermal Kawah Kamojang ini. rupanya sekarang kawasan ini lebih ramai karena
banyak spot yang dijadikan kawasan wisata. Sehingga banyak masyarakat yang
datang untuk rekreasi karena memang saat itu adalah hari Sabtu. Selain kawah dan PLTU, ada juga
penangkaran elang. Tidak besar memang, tapi lumayan untuk sarana edukasi anak.
Jalanan dari Bandung sampai dengan Kamojang masih oke, beraspal, relatif sepi,
tidak banyak mobil maupun motor. Namun haris ekstra hati-hati karena
meliuk-liuk, lebih banyak truk pasir ketimbang kendaraan pribadi. Sebaiknya
jangan melewati jalanan ini saat malam, sore pun jangan. Karena letaknya di
dataran yang cukup tinggi, sehingga jika cuaca tdak cerah akan turun kabut.
Tidak ada lampu jalan yang cukup memadai.
sayang ya, sedikit kotor.
Setelah melewati Kamojang,
jalanan mulai kurang bagus. Kami melewati perkampungan, beberapa pasar bahkan
jalanan kecil ditengah pemukiman. Beberapa kali bertanya penduduk setempat,
memang benar jalannya begitu dan petunjuk yang mereka beri untuk sampai ke
Pantai Rancabuaya memang seperti apa yang google maps tunjukkan. Dengan sedikit
menyesal kami terus mengikuti jalan yang google maps tunjukkan.
saung yang bisa ditempati dengan memesan makanan
Setelah kurang lebih 6 jam
perjalanan, akhirnya kami dapat melihat bibir pantai. Langsung kami mencari
pintu masuk pantai Rancabuaya. Retribusinya menurut saya tidak mahal, karena
kendaraan tidak dihitung. Satu orang dipatok tujuh ribu Rupiah. Setelah masuk
kawasan pantai, tentunya banyak penjaja makanan dan saung-saung bambu yang bisa
digunakan untuk bersantai dengan membeli makanan/minuman di warung seberangnya.
Kebanyakan penjual ikan bakar menggunakan hitungan kilo, meskipun ada juga yang
menjualnya per porsi.
Kita tidak bia berenang di pantai
Rancabuaya, karena didominasi dengan karang yang cukup tajam. Sebaiknya jangan
berjalan dengan kaki telanjang diatas karang-karangnya. Dan sayang sekali, saya
menemukan beberapa pecahan botol kaca di bibir pantainya. Jadi harus was-was
jika ingin berjalan di sepanjang pantai.
Semakin sore pemandangannya
semakin bagus. Tentunya air yang semakin pasang berpadu dengan debur ombak yang
pecah oleh karang. sayang kami tidak dapat menikmati sunset di Rancabuaya
karena khawatir harus menempuh perjalanan ke Bandung terlalu malam. Kami pun
meninggalkan Rancabuaya pukul 16.00 WIB. Dari informasi penjaja makanan disana,
jika ingin ke Bandung lebih baik melalui Pangalengan. Akhirnya walaupun sempat
kesal, kami tetap menggunakan google maps. Hanya saja kali ini tujuan utamanya
adalah Pangalengan terlebih dahulu.
Benar saja, disepanjang jalan
kami berbarengan dengan mobil-mobil ber-plat “D”. kemungkinan besar mobil-mobil
tersebut juga akan kembali ke Bandung, jadi selain mengandalkan maps kami juga
mengikuti mobil-mobil tersebut. Jalanan dari pantai ke Pangalengan (bahkan
sampai ke Bandung) memang sudah aspal semua. Syukurlah, hari menuju malam kami
tidak disuguhi jalanan terjal dan sempit
seperti saat berangkat.
Sampai di kawasan kebun teh
Pangalengan, hingga jalan Situ Cileunca hari sudah gelap dan tidak ada lampu
jalan. Ditambah kabut yang tebal, jarak pandang hanya +-2 meter kami harus
ekstra hati-hati. Sayang sungguh sayang, kami melewati jalanan ini saat hari
sudah gelap, padahal dari info di Instagram pemandangan sepanjang kebun teh
Pangalengan sangat bagus. Apalagi saat melewati jalanSitu Cileunca, lagi-lagi
kecewa karena Situ Cileunca sebenarnya masuk dalam daftar tempat yang ingin
dikunjungi.
menjelang sunset
Setelah lepas dari jalan Situ
Cileunca dan memasuki Bandung, kami melewati tol Soroja untuk kembali ke pusat
kota. Nah setelah apa yang kami alami di atas, sebuah pelajaran berharga bahwa
jangan hanya mengandalkan google maps meskipun tempat tujuannya cukup dikenal.
alangkah baiknya bertanya pada penduduk lokal ! :D (padahal banyak teman di
Bandung, tapi karena berfikir Garut itu tidak terlalu jauh dari Bandung jadi
menyepelekan).
Baiklah jadi jika ingin ke Garut dari
Bandung, saya sarankan lewat Pangalengan saja karena jalanan yang lebih aman dan
nyaman baik bagi supir maupun kendaraannya. Kecuali jika memang ingin mampir ke
kawasan wisata Kamojang, silakan. Namun jangan sampai terlalu sore ya, karena
jalanan sempit dan dataran tinggi, berbahaya jika sudah mulai turun kabut. Hatur
nuhun Bandung – Garut :)
jalur kiri : via Ciwidey (Kawah Putih)
jalur tengah : via Pangalengan (kebun teh / situ Cileunca)
jalur kanan : via Kamojang (PLTU / Rakutak / Papandayan / Cikuray)
Tangerang, 13 Januari 2018
ND