Judul Buku : Travel in Love
Penulis : Diego Christian
ISBN : 978-602-7816-42-8
Penerbit : Noura Books
Penyelaras Kata : Putri
Rosdiana, Lian Kagura
Desain Sampul : Fahmi
Ilmansyah
Tanggal terbit : April
2013
Harga : Rp 45.000,-
Tebal : 324 halaman
Travel in Love (forgetting you,
finding you) ditulis oleh Diego Christian, pemuda berdarah Jawa-Batak yang
belum lama lulus dari Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Indonesia. Karya
pertamanya, “Percaya” masuk dalam 9
novel pendatang baru terbaik tahun 2012, sayang sekali saya belum berkesempatan
untuk membacanya. Namun setelah membaca
karya keduanya “Travel in Love” ini, saya tidak menolak untuk membaca karya
sebelumnya.
Buku ini sebenarnya bisa saya baca
karena hadiah, yang secara langsung saya pilih sendiri. Dari desain covernya
yang bergambar perempuan memanggul tas carrier dan penggunaan warna cerah membuat saya tertarik, karena saya menyukai
jalan-jalan juga. Ternyata, desain seluruh halamannya pun bertekstur abstrak
meski tetap berwarna hitam putih. Namun beberapa gambar ilustrasi di dalamnya
mampu membuat saya membayangkan bagaimana bila cerita dalam novel itu terjadi
pada kehidupan nyata. Desain keseluruhan
buku ini menurut saya beda dari novel remaja yang lain, yang umumnya sederhana
dan terkesan ‘standar’.
Travel in Love, menceritakan
tentang dua sahabat yang menempuh perjalanan selama 30 hari menyusuri pulau
Jawa, Bali, dan Lombok. Dengan misi tertentu, yaitu melupakan kenangan mereka
masing-masing terhadap orang-orang yang mereka cintai. Paras dan Jatayu,
memiliki kepribadian yang berbeda. Paras yang kekanakan dan Jatayu yang tomboy
dan pandai menyembunyikan perasaan, akhirnya memulai perjalanan tersebut. Selama
perjalanan, masing-masing Paras dan Jatayu bertemu dan melalui hari-hari mereka
dengan orang spesial, sampai saling melupakan dan sempat jalan sendiri-sendiri.
Sean, orang baru dalam hidup Paras, yangmembuatnya berharap lebih untuk bisa melupakan
Kanta, malah membuat hatinya pedih. Jatayu, yang beraut muka tegar dan pendiam,
ternyata menyimpan luka dalam atas kehilangannya terhadap Kelana, dan Paras tak
pernah tahu. Sampai akhirnya, Bali memisahkan mereka..
Detail dalam lokasi di setiap
kota seperti angkringan Lik Man, Hotel Raden Patah, dan nama-nama jalan yang
para tokoh sambangi, sangat membantu para pembaca untuk mengimajinasikan
kejadian di dalam cerita. Apalagi bagi yang sudah pernah menyambangi
tempat-tempat tersebut, tentunya semakin terasa nyata. Tak heran, karena sang penulis pun adalah
seorang traveler.
Namun yang membuat saya sedikit
bosan, adalah karena seringnya para tokoh kalut dalam perasaannya masing-masing
terhadap hal yang sama sehingga terkesan cengeng. Beberapa adegan menangis
menjadi membosankan karena berulang-ulang dan ada di hampir setengah jumlah bab
di novel ini.
Pun begitu,
potongan dialog favorit saya sekaligus yang tertera di pembatas buku bawaan
novel ini adalah :
“Kamu nggak perlu alasan untuk jatuh cinta
sama seseorang, Paras” -Sean-
Oh ya, tambahan
lagi :
“Kalau kamu jatuh cinta sama seseorang
karena dia tampan, dia baik, atau dia pintar, cinta kamu nggak akan abadi,
honey. Suatu saat di akan berhenti baik,
sama kamu, wajahnya nggak lagi tampan, atau kecerdasannya berkurang,
mungkin karena kecelakaan atau hal lain. Pasti,
cinta kamu untuk orang itu akan berubah, kan?”
Jadi menurut
saya, novel ini cukup menyenangkan untuk dibaca, apalagi yang suka traveling. Dan
untuk yang belum atau tidak suka traveling, mungkin setelah membaca novel ini
kalian akan berubah pikiran, atau segera menilik kalender untuk menentukan
kapan bepergian.
Selamat
menjelajahi Jawa, Bali, dan Lombok bersama Paras dan kawan-kawannya J
regards,
Nareddita.
1 komentar
seru banget kayanya bisa jalan begitu, kapan begitu yuk.. hahahaa
BalasHapus